Mencicipi Sichuan Hotpot Yang Pedesnya Luar Biasa - Berita Harian Terkini - Kuliner |
Mungkin, Sichuan hotpot yang terkenal itu asal muasalnya dari makanan rakyat jelata. Para nelayan miskin di Chongqing biasanya mengonsumsi hidangan panas itu setelah seharian bekerja keras, menghangatkan badan yang basah akibat terendam di dinginnya air Sungai Yangtze.
"Mereka biasanya berkumpul di sekitar panci yang dipanaskan bara api," kata pemandu wisata di Chengdu, Tiongkok, Zou Wenli.
"Namun bahan yang mereka gunakan tak semewah saat ini, daging ayam, sapi, udang, dan lainnya. Mereka memasukkan bahan-bahan murah, misalnya bagian perut binatang," tambah pemuda yang akrab dipanggil Allan itu.
Hidangan tersebut kemudian menyebar ke timur, ke penjuru Provinsi Sichuan. Kini, ia menjadi makanan populer dan disantap segala kalangan. Tak cuma kaum papa, tapi juga kalangan berpunya.
Versi yang sedikit berbeda diutarakan penulis asal Sichuan, Li Jieren. "Para pedagang makanan di Chongqing biasanya membeli jeroan kerbau, mencucinya dan memasaknya beberapa saat," kata dia seperti dikutip dari situs China Daily.
Lalu, hati dan bagian perut kerbau yang telah dimasak dipotong kecil-kecil. "Mereka kemudian meletakkan panci besi di atas tungku, untuk merebus kuah pedas, gurih, dan berlemak. Para pekerja pun berdatangan, dan memasak sendiri jeroan dan sayuran yang akan mereka santap, dengan memasukkannya ke dalam sup berbumbu," ujar Li.
"Harga dipatok berdasarkan seberapa banyak pelanggan makan."
Sichuan hotpot ala Chongqing yang rasanya pedas dan berempah sangat terkait dengan iklim di sana.
Provinsi tersebut berada cekungan yang dikelilingi pegunungan. Oleh karenanya, Sichuan memiliki curah hujan tinggi dan musim dingin panjang. Rempah-rempah digunakan untuk mengusir kelembaban berlebih dari tubuh.
"Ada 3 level kepedasan kuahnya. Level pertama, akan membuat wajah Anda memerah," kata Allan. "Level kedua, giliran hidung yang berair. Dan yang paling dahsyat, level tiga, niscaya Anda akan menangis," tambah mahasiswa bidang studi Sejarah Tiongkok itu.
Ada satu efek samping tak disebutkan oleh pemuda berkacamata itu. Rempah-rempah yang intens bisa membuat lidah kebas alias kaku dan mati rasa. Dan, bagi yang perutnya sensitif, hati-hati diare.
Apapun, Sichuan hotpot punya andil membuat Chengdu, ibukota Provinsi Sichuan ditetapkan sebagai 'City of Gastronomy' oleh UNESCO. Menjadi yang pertama di Asia, kedua di dunia setelah Popayan di Kolombia, yang mendapatkan predikat tersebut.
'Kota Gastronomi' bukan hanya soal makanan dan kebiasaan penduduk lokal yang 'tukang makan'. Titel tersebut terkait kuatnya relasi antara makanan dan budaya setempat.
Salah satu restoran terkenal yang menyajikan makanan menantang tersebut adalah Huang Cheng Lao Ma yang berada di kawasan turis Qintai Road atau Qintai Street -- jalan sepanjang 900 meter yang dipenuhi bangunan bergaya antik, seperti dari masa Dinasti Han dan Tang.
Konon, jalanan itu dinamai berdasarkan kisah cinta Sima Xiangru dan Zhuo Wenjun yang dihalangi perbedaan status sosial.
Namun, akhirnya kedua tokoh tersebut bisa bersatu dan membuka toko minuman keras di Qintai Road yang asli. Meski miskin, mereka hidup bahagia.
Di Huang Cheng Lao Ma, panci hotpot dibagi 2 bagian. Satu dengan kuah pedas yang bisa dipilih levelnya, sementara bagian lainnya berisi kuah putih yang rasanya gurih netral.
"Tentu saja harga hotpot di sini lebih mahal dibandingkan di tempat biasa. Biasanya yang datang ke sini adalah wisatawan atau penduduk lokal yang mengadakan pertemuan istimewa," kata Allan.
Informasi berita Silet hari ini dan Gossip Artis bisa baca di situs ini !!
Dapatkan juga berita politik & berita mancanegara di situs ini !
0 komentar:
Posting Komentar